Minggu, 03 November 2013

IBU HAMIL MINUM OBAT ?


GAMBAR PINJAM DARI SINI
Pernahkah anda membaca berita tentang seorang bayi yang lahir tanpa tangan? Ternyata orang tuanya mengaku ketika hamil muda sempat minum obat anti hipertensi yang diresepkan oleh dokter. Ketika memeriksakan diri, ia tidak menyampaikan bahwa ia sedang hamil. Kini kedua orang tuanya hanya bisa pasrah dan menerima keadaan anaknya walau sedih melihat cacat yang diderita anaknya.

            KISAH SEDIH PENYESALAN


Dalam dunia kedokteran dan farmasi  dikenal adanya peristiwa menyedihkan yang disebut tragedi Taledomid. Peristiwa ini terjadi pada sekitar tahun 1956-1961. Taledomid (alfa-ftalimido-glutaramid ) adalah obat hipnotika yang tidak toksik dan juga bersifat anti nausea (anti mual ). Obat ini pernah dikenal dan digunakan secara luas oleh wanita hamil sebagai anti emesis (anti muntah ) di Jerman Barat, Inggris dan Australia. Segera  setelah itu munculah ledakan cacat bawaan berupa amelia, fokomelia atau meromelia (anggota badan pendek).  Penelitian epidemiologis dan percobaan pada binatang akhirnya membuktikan bahwa cacat tersebut diakibatkan oleh Taledomid.
Kesedihan tidak saja melanda ibu yang melahirkan bayi cacat, tapi juga keluarga, kerabat dan bahkan dunia ilmu pengetahuan. Kasus taledomid itu semoga menjadi pelajaran mahal bahwa ibu hamil harus berhati-hati dalam mengkonsumsi  obat.

JANGAN RAGU KE DOKTER
Ketika anda sakit semasa hamil, jangan sembarang minum obat. Kalau hanya sakit ringan seperti masuk angin, flu ringan atau pusing-pusing yang bisa ditahan, sebaiknya berusahalah memperbaiki kondisi tubuh dengan istirahat yang cukup dan makan yang bergizi. Keluhan-keluhan ringan biasanya akan menghilang sejalan dengan pulihnya kondisi  tubuh. Sebagai contoh saat anda batuk, cobalah diselesaikan dengan minum air perasan jeruk nipis yang dikombinasi dengan madu. Resep ini akan membantu mengurangi dan mengeluarkan dahak, sehingga anda lebih lega.
Akan tetapi jangan pula menyepelekan jika gejalanya nampak serius atau terus-menerus. Lebih aman jika anda berkonsultasi dengan dokter dan berterus-terang dengan kehamilan anda. Penyakit anda akan mempengaruhi janin anda. Tubuh  yang melakukan perlawanan terhadap penyakit, membutuhkan gizi dan istirahat yang cukup sehingga andapun harus meningkatkan asupan gizi. Demikian pula obat yang anda minum, akan sampai ke janin. Dokterlah yang mengetahui apakah obat tersebut berbahaya bagi janin atau tidak. Namun ada baiknya  mengetahui agar andapun dapat melakukan penjagaan sendiri.
 
GAMBAR PINJAM DARI SINI

OBAT-OBAT BERBAHAYA
Mengapa sebagian obat berpengaruh terhadap janin dan sebagian lain tidak ? Suatu obat akan berpengaruh terhadap janin tergantung dari kecepatan dan kemampuannya melewati barier plasenta. Obat dengan besar molekul kurang dari 600 (rata-rata obat memiliki besar molekul 200-400 ) dapat melewati plasenta dengan mudah. Demikian pula obat yang derajat ionisasi dan kelarutannya dalam lemak tinggi. Selain itu, tebalnya barier plasenta ikut menentukan dapat tidaknya suatu obat atau agen eksogen masuk ke dalam sirkulasi janin. Pada awal kehamilan, tebal barier plasenta adalah 25 mikrometer, dan pada akhir kehamilan adalah 2 mikrometer.
Suatu obat dapat mempengaruhi perkembangan janin melalui beberapa mekanisme, tetapi yang terpenting adalah gangguan dalam sintesis protein, baik ditingkat DNA, RNA maupun tingkat ribosom, atau melalui gangguan keseimbangan hormonal misalnya hormone seks untuk menembusnya dan memasuki sirkulasi janin. Seberapa berat obat mempengaruhi perkembangan janin dapat digolongkan menjadi tiga kategori :
1.      Embriotoksik, yang langsung menyebabkan kematian hasil konsepsi dan biasanya berakhir abortus. Obat tersebut berpengaruh fatal pada janin ketika diminum pada dua minggu pertama setelah konsepsi (pembuahan).
2.      Teratogenik atau dismorfogenik yaitu langsung menyebabkan kelainan bawaan yang berat. Ini terjadi ketika ibu minum obat pada akhir minggu kedua hingga minggu ke delapan.
3.      Efek samping yang lebih ringan yang biasanya menimbulkan kelainan morfologis ringan atau kelainan fungsional. Terjadi ketika ibu meminum obat mulai awal pekan ke 9      .

Berdasarkan efek teratogeniknya obat digolongkan dalam tiga golongan :
  1. Obat yang memilki sifat teratogenik pasti seperti talidomid, obat anti tumor, hormone tertentu, sodium valproat dan isotretionin.
  2. Obat yang dicurigai bersifat teratogenik seperti anti konvulsan, tembakau, alcohol, litium dan warfarin
  3. Obat yang diduga bersifat teratogenik seperti : barbiturate, sulfonamide dan anti malaria.
Cerita sedih seputar penggunaan talidomid telah saya paparkan diatas. Adapun obat anti tumor sangat berbahaya terhadap janin karena jaringan embrional dalam beberapa hal menyerupai jaringan tumor. Kelainan bawaan yang mungkin terjadi akibat pemakaian obat anti tumor ini adalah cacat anggota, cacat pada system syaraf pusat, celah langit atau celah muka, kelainan organ dalam dan lain-lain.
            Khusus obat anti tumor ini jika digunakan dibawah saran seorang dokter akan melewati suatu prosedur  resmi yang disepakati oleh pasien. Dokter akan sangat berhati-hati dalam penggunaannya. Hanya saja menjadi berbahaya jika ia merupakan obat tradisional yang dikonsumsi tanpa petunjuk ahli medis atau diminum secara tak sengaja oleh ibu hamil. Misalnya jamu-jamu yang mengandung alkaloida vinkristin dan vinbalstin seperti benalu. Sebaiknya ibu hamil berhenti mengkonsumsi jamu jika tidak dapat  dipastikan komponen penyusunnya, dosis dan pengaruhnya terhadap janin.

GAMBAR PINJAM  DARI SINI
            Mungkin anda pernah membaca tentang bayi yang lahir dengan alat kelamin yang tidak sempurna, tidak jelas laki-laki atau perempuan. Diantara yang berpengaruh dalam hal ini adalah obat hormone yang dikonsumsi ibu hamil. Ibu yang meminum hormone androgen pada trimester pertama kehamilannya, ada yang melahirkan bayi perempuan dengan alat kelamin agak menyerupai bayi laki-laki.
            Penggunaan hormone estrogen dalam jumlah yang relative besar sebelum usia kehamilan mencapai 4 bulan, juga membawa efek teratogenik pada janin berupa clear cell adenocarcinoma pada serviks dan vagina ketika janin itu nantinya terlahir dan tumbuh menjadi gadis usia 19-20 tahun !
            Obat-obat kortikosteroid seperti kortison, jika diminum pada trimester pertama kehamilan dapat mengakibatkan celah langit (atau bibir sumbing ), oleh sebab itu harus dihindari oleh wanita hamil.
            Diantara obat yang dicurigai bersifat teratogenik adalah tembakau ( rokok dan nikotin ). Lahir dini, berat badan rendah, serta kelainan jantung bawaan  terjadi pada
wanita hamil yang merokok. Diduga, merokok menimbulkan kelainan pada pembuluh darah, menurunkan nafsu makan dan meninggikan saturasi HbCO dalam darah.
            Alkohol juga harus dihindari oleh ibu hamil karena diduga bersifat teratogenik. Alkohol menmyebabkan defisiensi nutrien pada ibu dan memang berefek toksik langsung pada jaringan embrio. Diantara kelainan yang disebabkan karena alkoholisme kronik adalah : kelainan kepala yaitu mikrosefali dan celah langit, kelainan kardiovaskuler, janin tumbuh lambat dan retardasi mental. 
            Selanjutnya, obat barbiturat diduga memiliki efek samping pada janin. Obat ini sering diberikan pada penderita epilepsi. Gejala efek samping mirip gejala defisiensi vitamin K  dan dapat ditanggulangi dengan pemberian profilaksi vitamin K. obat anti malaria seperti kinin dapat menyebabkan aborsi karena berefek oksitoksik (memacu kontraksi uterus) atau karena sifat toksik langsung terhadap embrio. Kloroquin jika diberikan terutama pada trimester pertama kehamilan, dapat menyebabkan kelainan mata atau tuli kongenital. Pirimetamin adalah anti asam folat yang harus dihindari penggunaannya dalam kehamilan. Antidiabetik oral seperti tolbutamid harus juga dihindari. Obat ini dapat menyebabkan hipoglikemia yang hebat pada bayi yang baru dilahirkan.
            Eter yang sering digunakan sebagai anastetika umum dikamar operasi berisiko terhadap wanita yang bekerja dikamar operasi. Mereka mendapat resiko aborsi yang lebih besar atau melahirkan anak dengan kelainan kongenital. Resiko kelainan ini juga terjadi pada anak-anak para wanita yang suaminya bekerja dikamar operasi. Beberapa obat anastesi juga berisiko terhadap wanita hamil menyebabkan depresi neonatal dan kematian perinatal.
            Antibiotika sering digunakan secara luas untuk anti infeksi. Beberapa golongan ternyata memiliki  efek samping pada janin. Tetrasiklin misalnya, jika diberikan pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang dan mikromelia. Sedangkan pemberian pada trimester kedua dapat menyebabkan perubahan warna kekuningan pada gigi susu. Dan pemberian setelah trimester kedua dapat menyebabkan perubahan warna kuning yang permanen.
            Golongan antibiotik seperti sterptomisin, kanamisin, gentamisin, dan vankomisin dapat menyebabkan kerusakan syaraf kedelapan pada janin. Sehingga hanya diberikan pada ibu hamil dengan infeksi berat sedangkan obat lain tidak tersedia.
            Obat-obat untuk vaksin, pada umumnya diberikan setelah memasuki kehamilan trimester kedua. Pada pemberian saat trimester pertama akan meningkatkan resiko abortus. Vaksin rubela tidak boleh diberikan sepanjang kehamilan dan dua bulan sebelum kehamilan karena dapat menyebabkan cacat bawaan.
Sekian dulu ya, disambung lain kali.

 
ANAK-ANAK KORBAN THALEDOMID
GAMBAR DIAMBIL DARI SINI


4 komentar:

  1. Saya setuju mbak..Trimester pertama adalah masa pembentukan tubuh janin..jadi asupan yang dikonsumsi ibu sangat berperan. Jika ada konsumsi yang sifatnya teratogenic, bisa mempengaruhi bentuk tubuh janin, yang sering adalah obat dan jamu.

    BalasHapus
  2. Makasih kunjungannya Rahmat Tubagus. Jamu sekarang kadang dimasuki bahan kimia oleh produsen yang nakal. padahal jamu tanpa bahan kimia saja mungkin sekali sudah berefek pada janin.

    BalasHapus
  3. Sedih bgt ih..
    Bumil, calon bumil, suami, calon suami hrs baca artikel ini..

    BalasHapus
  4. Makasih kunjungannya Mak Nathalia...

    BalasHapus